Senin, 24 September 2012

THE RED

Diposting oleh Unknown di 07.34

Kisah nyata yang diambil dari pengalaman pribadi, mengetahui apa makna dibalik sebuah kata cinta. Mengharukan, dan berakhir tak seperti yang diharapkan. Hanya tersisa luka dan kenangan seperti daun yang jatuh berguguran.”
                Kriiiiing kriiiiiiing... bel tanda masuk sekolah berbunyi nyaring. Akupun berlari memasuki ruangan kelas karena sedikit terlambat. “tok tok, Assalamu’alaikum” kataku sambil kelelahan berlari. “wa’alaikumsalam” jawaban teman-teman serta pemateri pagi itu. Aku duduk di barisan kedua dari depan, saat aku menatap wajah pemateri itu hatiku berdebar sangat kencang, mata ini seolah-olah tak ingin memandang yang lain.  “Sungguh manis pemateri itu, lelaki terindah yang pernah ku temui, sosok yang aku inginkan dan kubutuhkan.” Perkataan yang tersirat dalam benakku. Setelah selesai menyampaikan materi, dia pun bergegas pergi dari kelasku. Bahagia dan senang semua bercampur menjadi satu. Aku lekas mencari tahu siapa dia, kelas berapa, dan apa statusnya. Memang sedikit lebay tapi itu yang aku rasakan. Aku bertanya pada temanku siapa namanya, ternyata namanya adalah Putra *disamarkan*. Anak kelas 12 IPA dan dia belum mempunyai pacar. Senang sekali saat aku tau bahwa Putra belum punya pacar. Cinta.. kata orang aku jatuh cinta padanya, cinta sampai tergila-gila haha. 
                Rasa kagum itu lama-lama berubah menjadi cinta, setiap adzan dzuhur tiba aku setia menunggu di depan kelas hanya agar dapat melihat Putra walau hanya sebentar. Manis, lumayan tinggi, inovatif, soleh, rambutnya berjambul, dan satu hal lagi yang sangat aku ingat yaitu jaket merah yang selalu tergantung pada tasnya saat dia pulang. Karena Putra aku menyukai warna merah, karena Putra aku rajin pergi ke mesjid, pokoknya semua karena Putra. Aku bisa menjadi wanita yang lebih baik pun karena Putra juga, aku berubah hanya untuk lebih dekat dengan Putra. Semua karena Putra, sosok laki-laki yang selalu aku banggakan. Hari itu hari rabu, ketika pulang sekolah aku tak sengaja naik angkutan umum yang ternyata didalamnya ada Putra. Senang sekali, ingin aku teriak pada dunia dan mengatakan bahwa aku pulang bareng Putra. Di angkot aku berusaha terlihat baik, manis, dan anggun. Saat teman-teman Putra turun, tiba-tiba Putra pindah dan duduk disebelahku, dia membuat aku melayang hari itu. Kami turun ditempat yang sama, kami sama-sama memakai jaket merah hari itu. “andaikan jaket merah ini tanda keserasian kita” pikirku dalam hati. Dia tiba-tiba berada di sebelah kananku dan meyebrang bersamaku sambil mengangkat tangannya untuk menghentikan mobil yang melintas.
                Kami pun naik angkot yang sama lagi. Tapi sayangnya aku turun terlebih dahulu, jadi aku tak tau dimana rumah Putra. “duluan a, Assalamu’alaikum” pamitku padanya. “oia de, Wa’alaikumsalam” jawaban ramahnya padaku. Sepanjang jalan aku tersenyum, mengingat kejadian sore itu. Sekian lama aku mengagumi dan mencintainya, tapi.. saat tak terduga itu pun muncul. Saat pulang sekolah juga aku melihat Putra yang membonceng seorang wanita di motornya. Sakit, kecewa, hancur, remuk, semua kekesalan menjadi satu saat melihat kejadian itu. Sosok yang aku kagumi, yang aku segani karena kesolehannya ternyata seperti ini. “aku benci mengenal Putra jika akhirnya seperti ini” ucap dalam hatiku. Aku berusaha move on dari Putra tapi tak bisa. Mencoba berpaling darinya rasanya berat sekali. Aku pun bertanya-tanya mengapa Putra seperti ini ? sosok yang selalu aku banggakan di depan teman-temanku. Hal yang paling berat yaitu saat aku melihat lelaki lain menggantungkan jaket merah seperti Putra. Selalu aku ingat pada Putra lagi saat melihat jaket merah yang tergantung pada tas lelaki.
                Sampai ada teman seangkatan Putra yang dekat dengan aku pun tak bisa membuat aku jatuh cinta padanya. Namanya Fasha *disamarkan* sudah setahun kini aku mengenal dan dekat dengan Fasha, tapi itu tidak membuatku jatuh cinta padanya meskipun dia baik, lebih ganteng dari Putra, pokoknya waw deh tapi itu semua tidak membuat aku jatuh hati. Mungkin melupakan seseorang lebih berat daripada dulu pada saat mencintainya. Saat aku mencoba menjauhi Putra, dia tiba-tiba muncul lagi dalam hidupku. Putra lebih mendekatiku, tapi aku tak merespek tindakan Putra tersebut. Aku lebih cuek dan dingin padanya. Saat aku dan Putra ada ditempat yang sama pun aku tak menyapa nya, apalagi berpamitan seperti saat dulu aku turun dari angkot. Begitu lama aku bersikap seperti itu pada Putra membuat Putra kembali jauh dariku. Pada saat bulan desember tiba, tepatnya saat dia berulang tahun yang ke 18 tahun, aku tak mengucapkan apapun. aku melewatkan hari ulang tahunnya karena aku lupa dia berulang tahun hari itu.
                Setelah waktu berlalu, aku sibuk dengan usahaku melupakan Putra. Ternyata Putra telah bersama wanita lain, Putra kini selalu ada untuk wanita itu. Aku menyesal mengapa aku tak pernah mendengar kata-kata temanku yang memberi tahu bahwa aku harus coba mendekati Putra jika aku menyukainya. Tapi aku tak pernah mau, dan penyesalan itu kini tak ada gunanya. Hari-hari yang aku lalui bersama Putra hanya kenangan bagiku, and I go back to December all the time tapi walaupun aku tak bersama Putra aku yakin bahwa bahagia aku jika melihat Putra bahagia. Itulah arti cinta yang aku pahami selama aku belajar melupakan Putra. Dan ternyata cinta yang aku rasakanpun salah, cinta ini buta. Aku melakukan semuanya hanya untuk Putra padahal seharusnya aku melakukan kebaikan ini bukan karena Putra tapi karena Allah SWT.  ^^

0 komentar:

Posting Komentar

 

a slice of life story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea